KENAPA SAYA MENJADI
MUSLIM
Assalamualaikum Wr.
Wb.
Alhamdulillahirobbil
‘alamin, wabihi nasta’in ‘ala umuriddunyawaddin, ashsholatuwassalamu’ala
asrofil ambiyaa iwal mursalin wa’ala alihi washohbihi ajma’in.
Robbisrohlisodri, wayassrili amri, wahlul uqdatammilisani yafqohu qouli, amma
ba’du
Sebelum menjawab pertanyaan yang diajuakan kepada saya, saya
ingin berterimaksih kepada Bapak Pendeta Fraunisius karena telah memberikan
kepada saya pertanyaan seperti diatas, kenapa? Karena ini penting di tanyakan
kepada kita untuk memperjelas “Kenapa to kita beragama Islam? Apa sih Alasan
kita? Apakah hanya karena kita dilahirkan dalam keluarga muslim? Atau alasan
lainnya? Atau jangan – jangan kita tidak
tau kenapa kita beragama Islam?”, Apapun jawaban kita dapat mencerminkan
kesungguhan kita dalam memeluk agama Islam, sungguh-sungguh didasari keyakinan
yang kuat atau hanya sekedar pada perasaan hati nurani belaka.
Jawaban 1 :
Karena faktor Keturunan, inilah alasan yang mungkin mayoritas.Dan kita patut
bersyukur telah dilahirkan dari keluarga muslim. Tidak bisa dipungkiri bahwa
sebagian besar kita umat islam di indonesia khususnya, yang ber-Islam karena
faktor keturunan.
Jika alasan
kita ber-Islam(beriman) hanya karena faktor Keturunan saja ini sangat berbahaya,
rapuh serta tidak aman. Karena perasaan hati kita akan kabur yaitu dapat
menambah-nambahi apa yang diimani dengan sesuatu yang tidak ada hakikatnya atau
ketidakjelasan tujuan hidup,dan larut dalam keindahan duniawi yang menipu.
Maka dari
itu sebenarnya Islam Mewajibkan setiap Muslim menjadikan imannya muncul cari
proses
berfikir, meneliti, dan memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta,
dan Manusia.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal”(TQS. Ali ‘Imran
(3):190)
“(Dan) Di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah diciptakan-Nya langit dan bumi dan
berlain-lainannya bahasa dan warna kulitmu” (TQS. Ar-Rum(30):22)
“ Apakah
mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana
ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana
ia dihamparkan?” (TQS.
Al-Ghasyiyah(88):17-20)
“ Hendaklah
manusia memperhatikan dari apa ia
diciptakan? Dia diciptakan dari air yang memancar, yang keluar dari antara
tulang sulbi laki-laki dengan tulang dada perempuan” (TQS. At-Thariq(86):5-7)
“
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.
Silih bergantinya malam dan siang. Berlayarnya bahtera
di laut yang membawa apa yang
berguna bagi manusia. Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah
matinya (kering). Dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan. Dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi. Sesungguhnya (semua itu) terdapat
tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(TQS. Al
Baqarah(2):164 )
Banyak lagi ayat serupa lainnya, yang mengajak kita untuk
memperhatikan benda-benda alam dengan saksama, dan melihat apa yang ada di
sekeliling kita maupun yang berhubungan dengan keberadaan kita itu sendiri.
Ajakan itu untuk dijadikan petunjuk akan adanya Pencipta yang Maha Pengatur,
sehingga iman kita kepada Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada
akal dan bukti yang nyata.
Jawaban 2: Karena
Islam adalah satu satunya Agama yang sirothol mustaqim atau benar dan dapat
dibuktikan kebenarannya.
“ Pada hari ini Aku telah menyempurnakan
untuk kalian agama kalian, Mencukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan meridhai
Islam sebagai agama kalian “(TQS. Al
Maidah(5):3)
Keberadaan
Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan.
Buktinya?..
Islam
menjawab di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-Khaliq (Sang
pencipta) yang mengadakan itu semua itu dari ketiadaan. Al-Khaliq itu bersifat
azali (tidak berawal dan tidak berakhir) dan wajib al-wujud (wajib/pasti
adanya). Ia bukan makhluk, karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan
bahwa diri-Nya bukanlah makhluk. Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan
adanya Pencipta adalah,
Didunia ini
terdapat tiga unsur yang dapat dijangkau oleh akal yaitu : Manusia, Alam
Semesta, dan Kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas, lemah, serba kurang
dan tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya manusia, Ia terbatas karena tumbuh
dan berkembang bergantung pada sesuatu yang lain . Kehidupan juga terbatas,
penampakannya bersifat individu yang mempunyai batas kehidupan. Alam semesta
juga terbatas, Alam semesta merupakan himpunan benda – benda yang memiliki
keterbatasan.
Dengan
demikian segala yang terbatas pasti diciptakan oleh “sesuatu yang lain”.
“Sesuatu yang lain” inilah yang disebut Al-Khaliq. Dialah yang menciptakan
manusia, kehidupan, dan alam semesta. Nah, dalam menentukan keberadaan Pencipta
ini akan kita dapati tiga kemungkinan.
Pertama : Ia
diciptakan oleh yang lain. Kemungkinan ini adalah kemungkinan yang bathil,
tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentu Ia bersifat
terbatas.
Kedua
: Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Kemungkinan ini juga bathil, sebab
jika demikian berarti Dia sebagai makhluk dan Khaliq pada saat yang bersamaan. Ini jelas tidak dapat diterima.
Ketiga : Ia bersifat azali dan wajibul wujud yaitu
Allah SWT, inilah kemungkinan yang
benar.
Siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan (hanya
dengan adanya benda-benda yang dapat diinderanya), bahwa di balik benda-benda
itu pasti terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Fakta menunjukkan bahwa
benda-benda itu bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan.
Hal ini menggambarkan segala sesuatu yang ada hanyalah makhluk. Jadi, untuk
membuktikan adanya Al-Khaliq Yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan
mengarahkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada di alam semesta,
fenomena hidup, dan diri manusia sendiri. Dengan mengamati salah satu planet di
alam semesta, atau dengan merenungi fenomena hidup, atau meneliti salah satu
bagian dari diri manusia, akan kita dapati bukti nyata dan meyakinkan akan
adanya Allah SWT.
Adapun bukti kebutuhan manusia terhadap para Rasul, dapat
kita lihat fakta bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT. Dan beragama adalah
sesuatu hal yang fitri pada diri manusia, karena termasuk salah satu naluri
yang ada pada manusia. Dalam fitrahnya, manusia senantiasa mensucikan
Penciptanya. Aktivitas inilah yang dinamakan ibadah, yang berfungsi sebagai
tali penghubung antara manusia dengan Penciptanya. Apabila hubungan ini
dibiarkan begitu saja tanpa aturan, tentu akan menimbulkan kekacauan ibadah.
Bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyembahan kepada selain Pencipta. Jadi,
harus ada aturan tertentu yang mengatur hubungan ini dengan peraturan yang benar.
Hanya saja, aturan ini tidak boleh datang dari manusia. Sebab, manusia tidak
mampu memahami hakekat Al-Khaliq sehingga dapat meletakkan aturan antara
dirinya dengan Pencipta. Maka, aturan ini harus datang dari Al-Khaliq. Karena
aturan ini harus sampai ke tangan manusia, maka tidak boleh tidak, harus ada
para Rasul yang menyampaiakan Agama Allah ini ke pada umat manusia.
Bukti lain kebutuhan manusia terhadap para Rasul adalah bahwa
pemuasan manusia terhadap tuntutan gharizah (naluri) serta kebutuhan-kebutuhan
jasmani, adalah keharusan yang sangat diperlukan. Pemuasan semacam ini jika
dibiarkan berjalan tanpa adanya aturan akan mejurus ke arah pemuasan yang salah
dan menyimpang, yang pada gilirannya akan menyebabkan kesengsaraan umat
manusia. Dengan demikian, harus ada aturan yang mengatur setiap naluri dan
kebutuhan jasmani ini. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang dari pihak
manusia. Sebab, pemahaman manusia dalam mengatur naluri dan kebutuhan jasmani
selalu berpeluang terjadi perbedaan, perelisihan, pertentangan, dan terpengaruh
lingkungan tempat tinggalnya. Apabila manusia dibiarkan membuat aturan sendiri,
tentu aturan tersebut akan memungkinkan terjadinya perbedaan, perelisihan,
pertentangan, yang justru akan menjerumuskan ke dalam kesengsaraan . Maka
aturan tersebut harus datang dari Allah SWT melalui para Rasul.
Mengenai bukti bahwa Al-Quran itu datang dari Allah, dapat
dilihat dari kenyataan bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang
dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dalam menentukan darimana asal Al-Quran
kita dapatkan tiga kemungkunan. Pertama, kitab itu adalah karangan orang Arab.
Kedua, karangan Muhammad SAW. Ketiga, Berasal dari Allah SWT. Tidak ada
kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab, Al-Quran adalah berciri khas Arab,
baik dari segi bahasa maupun gayanya.
Kemungkinan
Pertama yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah karangan orang Arab, tidak dapat
diterima. Sebab, Al-Quran sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya
yang serupa.
“Katakanlah:
’Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya”(TQS. Hud(11):13)
“Katakanlah:
(Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkanlah sebuah surat
yang menyerupainya” (TQS. Yunus(10):38)
Orang-orang
Arab telah berusaha keras mencobanya akan tetapi tidak berhasil. Hal ini
membuktikan bahwa Al-Quran bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak
mampu menghasilkan karya yang serupa, kendati ada tantangan dari Al-Quran dan
mereka telah berusaha menjawab tantangan itu.
Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan
Muhammad SAW, juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, Muhammad SAW adalah
orang Arab juga. Bagaimana jeniusnya, tetap ia sebagai seorang manusia yang
menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa
Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila
Muhammad (yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab) tidak mampu
menghasilkan karya yang serupa. Karena itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan
karangannya.
Terlebih lagi dengan adanya banyak hadist – hadist shahih
yang berasal dari Nabi Muhammad SAW yang kebenarannya tidak diragukan lagi.
Apabila setiap hadist ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Quran, maka
tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi
Muhammad SAW, disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya,
dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadist. Namun ternyata keduanya
tetap berbeda dari segi gaya bahasanya.
Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakn
berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat
kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain, karena merupakan bagian dari
ciri khasnya dalam berbicara. Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa
Al-Quran dan gaya bahasa hadist berarti Al-Quran itu bukan perkataan Nabi
Muhammad SAW. Masing-masing dari keduanya terdapat perbedaan yang tegas
dan jelas. Itulah sebabnya tidak seorang
pun dari bangsa Arab yang (orang yang paling tahu gaya dan sastra Arab) pernah
menuduh bahwa Al-Quran itu perkataan Muhammad SAW, atau mirip dengan gaya bicaranya.
Satu-satunya tuduhan yang mereka lontarkan adalah bahwa Al-Quran itu disadur
Muhammad SAW dari seorang pemuda Nasrani yang bernama Jabr.Tuduhan ini telah
ditolak keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“(Dan)
Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: ‘ Bahwasannya Al-Quran itu
diajarkan oleh manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka
tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non-Arab),
sedangkan Al-Quran itu dalam bahasa arab yang jelas” (TQS.
An-Nahl(16):103)
Apabila telah terbukti bahwa Al-Quran itu bukan karangan
bangsa Arab, bukan pula karangan Muhammad SAW, berarti itu adalah kalamullah,
yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya. Dan karena Nabi Muhammad SAW
adalah orang yang membawa Al-Quran (yang merupakan kalamullah dan syariat
Allah, serta tidak ada yang membawa syariat-Nya melainkan para Nabi dan Rasul)
maka berdasarkan dalil aqli dapat diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu
adalah seorang Nabi dan Rasul
Inilah dalil
aqli tentang bukti keberadaan Allah SWT, kerasulan Muhammad SAW, dan
Al-Quran itu merupakan kalamullah. Pembuktian ini dapat meningkatkan keimanan
kita dan kita benar-benar yakin akan kebenaran Agama Islam.
Itulah
alasan saya kenapa saya beragama islam, kesimpulannya ada dua,
Pertama,
yaitu karena keturunan dan dibarengi dengan proses berfikir , meneliti, dan
memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta, dan Manusia. Sehingga iman kepada
Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti
yang nyata.
Kedua, Islam
adalah satu-satunya Agama yang benar karena keberadaan Allah, Kerasulan Nabi
Muhammad SAW, dan Kebenaran Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan.
Insyaallah
semoga kita termasuk orang yang berada di syirathol mustaqim atau orang yang
benar dan lurus serta semoga pula kita termasuk orang yang selalu bersyukur.
amin
Apa yang
saya paparkan diatas semoga bisa diambil hikmah dan manfaat,. Akhirul kalam
Wassalamualaikum
Wr.Wb
👍👍
BalasHapus