Pengikut

Minggu, 22 Oktober 2017

Apakah al-Qur’an Bersaksi akan Kebenaran Injil ??!



Apakah al-Qur’an Bersaksi akan Kebenaran Injil ??!
22 10 2017
Diantara syubhat yang seringkali diulang oleh orang nasrani dan telah menjerumuskan banyak orang bodoh adalah ucapan bahwa al-Quran telah memberikan kesaksian akan kebenaran injil (?). Bahwa injil adalah sebuah kitab yang diturunkan dari sisi Allah Subhana wa ta’ala , mereka mendasarkan ucapan tersebut pada beberapa ayat dari al-Quran, diantaranya adalah Allohu ta’ala memerintahkan untuk berhukum kepadanya sebagaimana dalam firmanNya :
وَلْيَحْكُمْ أَهْلُ الإنْجِيلِ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
 “Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (Al Maidah : 47)

Kemudian pensifatan al-Quran akan injil bahwa injil adalah sebuah kitab, petunjuk, cahaya dan penjelas bagi orang-orang mukmin, sebagaimana firman Allahu ta’ala :
وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (Al Maidah :46)
Bahkan, al-Quran menjelaskan bahwa mengamalkan injil adalah sebab kebahagiaan dunia dan akherat, sebagaimana firman Allahu ta’ala :
وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لأكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ
 “Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (Al Maidah : 66)
Dan ayat –ayat lain yang membenarkan injil,….
Sebelum kita mulai menjawab, kita ajukan dulu dua pertanyaan yang sangat mendasar :
1.   Apakah orang nasrani mengimani al-Quran sehingga boleh bagi mereka untuk berhujjah dengannya ??!
Jika jawabannya tidak, maka bagaimana mereka akan berhujjah dengan al-Quran sementara mereka tidak meyakini kebenarannya ??! Bukankah hujjah seseorang dengan sesuatu yang diyakini kebatilannya berarti telah mengakui dan membenarkan kebatilannya ?
Tidak bisa dikatakan ; sesungguhnya hujjah mereka denagn al qur’an serupa dengan berhujjahnya kaum muslimin dengan injil dalam membathilkan keyakinan nashrani, karena terdaapat perbedan antara pandangan kaum muslimin terhadap injil dengan pandangan kaum nasrani terhadap al Qur’an.
Pandangan orang nasrani terhadap al Qur’an adalah bahwa al Quran adalah sebuah kebathilan yang didustakan atas nama Allohu ta’ala.
Sedangkan kaum muslimin, beranggapan bahwa injil yang ada di tangan kaum nasrani saat ini telah mencakup tentang riwayat-riwayat tentang Isa alaihissalam, didalamnya terdapat kebenaran dan kebatilan.
Jadi seorang muslim berhujjah dengan kebenaran yang ada didalamnya serta meninggalkan kebatilannya.

2.   Apakah kaum nasrani berkeyakinan bahwa sifat-sifat injil yang ada dalam al Qur’an berbicara tentang injil-injil yang sekarang ada ditangan mereka?
Jika jawabnya TIDAK, maka tidak boleh bagi mereka untuk berhujjah dengan al Qur’an atas kebenaran injil tersebut, sebab injil tersebut berbeda dengan apa yang disucikan dan disaksikan al Qur’an.
Jika jawabnya YA, maka sesungguhnya itu bertentangan dengan kenyataan, karena sesungguhnya al Qur’an menyebutkan sifat –sifat injil yang tidak sesuai dengan sifat-sifat injil yang berada ditangan nasrani, seperti……
a.    Bahwasanya Allohu ta’ala telah mensifati injil dalam al Qur’an sebagai kitab yang diturunkan dari sisiNya , firman Allohu ta’ala:

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ

Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, (Ali Imran :3)

Sementara orang nasrani tidak meyakini demikian,bahkan berkeyakinan bahwa injil ditulis oleh laki-laki pilihan Allah ta’ala dengan ilham Roh Kudus.

b.    Bahwa al Qur’an telah terang menyebutkan kabar gembira akan datagnya nabi umat islam tertulis didalam injil sebagaimana firman Allohu ta’ala :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil … (Al  A’raff :57)
Sementara orang nasrani tidak meyakini adanya kabar gembira apapun tentang kedatangan Nabi umat islam dalam injil.

c.    Bahwa al Quran telah menyebutkan didalam injil terdapat penyebutan sifat-sifat bagi sahabat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihiwassalam. Firman Allohu ta’ala :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al Fath :29)

Sementara orang-orang nasrani tidak mengakui adanya sifat-sifat tersebut didalam injil.
Semua menjadikan kita semakin yakin bahwa injil yang disebutkan al Qur’an, yang disanjungnya, dan memerintahkan untuk berhukum dengannya berbeda sama sekaali dengan apa yang sekarang ada ditangan orang-orang nasrani. Karena tidak masuk akal jika al Qur’an menyanjung injl yang menentangnya dalam pokok akidah dan menisbatkan kepadanya beberapa perkara yang tidak ada didalamnya.
Disini ada petanyaan penting ; injil apakah yang sedang dibicarakan oleh al Qur’an, dan dimanakah  dia ??
Maka jawabnya ; injil tersebut adalah injil Nabi Isa Alaihissalam yang diturunkan Allahu ta’ala kepada beliau yang didalamnya terdaapat firman dan pelajaranNya. Adapun dimanakah tempatnya ? Maka ini adalah sebuah perkara yang tidak kita ketahui. Orang-orang nasrani telah teledor terhadap penjagaan kitab mereka. Mereka menyia-nyiakan dan menggantinya. Para ahli sejarah telah mencatat bahwa para pendeta dan paus telah memilih empat macam injil, yakni Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dari puluhan injil yang pemiliknya telah diputuskan kafir, yang berhak untuk dibunuh dan disiksa.
Jika mereka berkata ; sesungguhnya injil yang ada sekarang ditangan kami adalah injil yang sama, yang ada di zama turunnya al Qur’an, dan nasrani tidak tahu yang lainnya. Maka jawabnya adalah, keberadaaan injil tersebut di zaman turunnya al Quran tidak mengharuskan bahwa injil yang lain tidak ada. Didalam injil barnabas terdapat kesaksian terbesar tentang hal ini, yang terdapat hal-hal yang sesuai dengan al Qur’an (termasuk aqidah), didalamnya terdapat kabar gembira akan datangnya seorang Nabi Islam yang menafikan ketuhanan Isa alahissalam
Jika mereka membantah bahwa injil tersebut tidak benar secara sejarah, maka jawabnya adalah ; bahwa segala sesuatu yang disebutkan didalam injil Barnabas kemungkinan juga dikatakan pada injil-injil lain.
Ucapan bahwa injil Barnabas ditemukan baru-baru ini, adalah ucapan yang tertolak, telah disebutkan dalam maklumat yang diterbitkan oleh Paus Glasius tentang penjelasan kitab-kitab yang haram dibaca, termasuk didalamnya injil Barnabas. Paus Glasius telah merampungkannya di abad ke 5 masehi, yaitu sebelum diutusnya Nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihiwassalam.
Dengan demikian menjadi jelaslah kebatilan bahwa al Qur’an telah membenarkan injil yang sekarang berada ditangan kau nasrani. Perkara yang wajib atas seorang muslim adalah menjaga dengan rinci perkataannya, bertanya kepada ahli ilmu terhadap apa yang dihadapkan kepadanya terutama dalam bdang aqidah, hingga dia bisa menjaga agama dan menyelamatkan hatinya dari  penyakit syubhat dan dampaknya.   
Allahu ‘alam walhamdulillahi  robbil ‘alamin

KENAPA SAYA MENJADI MUSLIM?



KENAPA SAYA MENJADI MUSLIM
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, wabihi nasta’in ‘ala umuriddunyawaddin, ashsholatuwassalamu’ala asrofil ambiyaa iwal mursalin wa’ala alihi washohbihi ajma’in. Robbisrohlisodri, wayassrili amri, wahlul uqdatammilisani yafqohu qouli, amma ba’du

Sebelum menjawab pertanyaan yang diajuakan kepada saya, saya ingin berterimaksih kepada Bapak Pendeta Fraunisius karena telah memberikan kepada saya pertanyaan seperti diatas, kenapa? Karena ini penting di tanyakan kepada kita untuk memperjelas “Kenapa to kita beragama Islam? Apa sih Alasan kita? Apakah hanya karena kita dilahirkan dalam keluarga muslim? Atau alasan lainnya?  Atau jangan – jangan kita tidak tau kenapa kita beragama Islam?”, Apapun jawaban kita dapat mencerminkan kesungguhan kita dalam memeluk agama Islam, sungguh-sungguh didasari keyakinan yang kuat atau hanya sekedar pada perasaan hati nurani belaka.   


Jawaban 1 : Karena faktor Keturunan, inilah alasan yang mungkin mayoritas.Dan kita patut bersyukur telah dilahirkan dari keluarga muslim. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar kita umat islam di indonesia khususnya, yang ber-Islam karena faktor keturunan.
Jika alasan kita ber-Islam(beriman) hanya karena faktor Keturunan saja ini sangat berbahaya, rapuh serta tidak aman. Karena perasaan hati kita akan kabur yaitu dapat menambah-nambahi apa yang diimani dengan sesuatu yang tidak ada hakikatnya atau ketidakjelasan tujuan hidup,dan larut dalam keindahan duniawi yang menipu.
Maka dari itu sebenarnya Islam Mewajibkan setiap Muslim menjadikan imannya muncul cari proses 
 berfikir, meneliti, dan memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta, dan Manusia.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal”(TQS. Ali ‘Imran (3):190) 

“(Dan) Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah diciptakan-Nya langit dan bumi dan berlain-lainannya bahasa dan warna kulitmu” (TQS. Ar-Rum(30):22)

“ Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?”  (TQS. Al-Ghasyiyah(88):17-20)

“ Hendaklah manusia memperhatikan dari  apa ia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang memancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dengan tulang dada perempuan” (TQS. At-Thariq(86):5-7)

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.  Silih bergantinya malam dan siang. Berlayarnya  bahtera  di laut yang  membawa apa yang berguna bagi manusia. Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,  lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya (kering). Dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan.  Dan pengisaran air  dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.  Sesungguhnya (semua itu) terdapat tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(TQS. Al Baqarah(2):164 )

Banyak lagi ayat serupa lainnya, yang mengajak kita untuk memperhatikan benda-benda alam dengan saksama, dan melihat apa yang ada di sekeliling kita maupun yang berhubungan dengan keberadaan kita itu sendiri. Ajakan itu untuk dijadikan petunjuk akan adanya Pencipta yang Maha Pengatur, sehingga iman kita kepada Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata.   


Jawaban 2: Karena Islam adalah satu satunya Agama yang sirothol mustaqim atau benar dan dapat dibuktikan kebenarannya.

  “ Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, Mencukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan meridhai Islam sebagai  agama kalian “(TQS. Al Maidah(5):3)   

Keberadaan Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran  Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan.
 Buktinya?..
Islam menjawab di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-Khaliq (Sang pencipta) yang mengadakan itu semua itu dari ketiadaan. Al-Khaliq itu bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir) dan wajib al-wujud (wajib/pasti adanya). Ia bukan makhluk, karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk. Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta adalah,
           Didunia ini terdapat tiga unsur yang dapat dijangkau oleh akal yaitu : Manusia, Alam Semesta, dan Kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas, lemah, serba kurang dan tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya manusia, Ia terbatas karena tumbuh dan berkembang bergantung pada sesuatu yang lain . Kehidupan juga terbatas, penampakannya bersifat individu yang mempunyai batas kehidupan. Alam semesta juga terbatas, Alam semesta merupakan himpunan benda – benda yang memiliki keterbatasan.

Dengan demikian segala yang terbatas pasti diciptakan oleh “sesuatu yang lain”. “Sesuatu yang lain” inilah yang disebut Al-Khaliq. Dialah yang menciptakan manusia, kehidupan, dan alam semesta. Nah, dalam menentukan keberadaan Pencipta ini akan kita dapati tiga kemungkinan.

Pertama : Ia diciptakan oleh yang lain. Kemungkinan ini adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentu Ia bersifat terbatas.

 Kedua    : Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Kemungkinan ini juga bathil, sebab jika demikian berarti Dia sebagai makhluk dan Khaliq pada saat yang  bersamaan. Ini jelas tidak dapat diterima.

Ketiga   : Ia bersifat azali dan wajibul wujud yaitu Allah SWT, inilah kemungkinan yang  benar.
Siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan (hanya dengan adanya benda-benda yang dapat diinderanya), bahwa di balik benda-benda itu pasti terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Fakta menunjukkan bahwa benda-benda itu bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan. Hal ini menggambarkan segala sesuatu yang ada hanyalah makhluk. Jadi, untuk membuktikan adanya Al-Khaliq Yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengarahkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada di alam semesta, fenomena hidup, dan diri manusia sendiri. Dengan mengamati salah satu planet di alam semesta, atau dengan merenungi fenomena hidup, atau meneliti salah satu bagian dari diri manusia, akan kita dapati bukti nyata dan meyakinkan akan adanya Allah SWT.
Adapun bukti kebutuhan manusia terhadap para Rasul, dapat kita lihat fakta bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT. Dan beragama adalah sesuatu hal yang fitri pada diri manusia, karena termasuk salah satu naluri yang ada pada manusia. Dalam fitrahnya, manusia senantiasa mensucikan Penciptanya. Aktivitas inilah yang dinamakan ibadah, yang berfungsi sebagai tali penghubung antara manusia dengan Penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarkan begitu saja tanpa aturan, tentu akan menimbulkan kekacauan ibadah. Bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyembahan kepada selain Pencipta. Jadi, harus ada aturan tertentu yang mengatur hubungan ini dengan peraturan yang benar. Hanya saja, aturan ini tidak boleh datang dari manusia. Sebab, manusia tidak mampu memahami hakekat Al-Khaliq sehingga dapat meletakkan aturan antara dirinya dengan Pencipta. Maka, aturan ini harus datang dari Al-Khaliq. Karena aturan ini harus sampai ke tangan manusia, maka tidak boleh tidak, harus ada para Rasul yang menyampaiakan Agama Allah ini ke pada umat manusia.
Bukti lain kebutuhan manusia terhadap para Rasul adalah bahwa pemuasan manusia terhadap tuntutan gharizah (naluri) serta kebutuhan-kebutuhan jasmani, adalah keharusan yang sangat diperlukan. Pemuasan semacam ini jika dibiarkan berjalan tanpa adanya aturan akan mejurus ke arah pemuasan yang salah dan menyimpang, yang pada gilirannya akan menyebabkan kesengsaraan umat manusia. Dengan demikian, harus ada aturan yang mengatur setiap naluri dan kebutuhan jasmani ini. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia. Sebab, pemahaman manusia dalam mengatur naluri dan kebutuhan jasmani selalu berpeluang terjadi perbedaan, perelisihan, pertentangan, dan terpengaruh lingkungan tempat tinggalnya. Apabila manusia dibiarkan membuat aturan sendiri, tentu aturan tersebut akan memungkinkan terjadinya perbedaan, perelisihan, pertentangan, yang justru akan menjerumuskan ke dalam kesengsaraan . Maka aturan tersebut harus datang dari Allah SWT melalui para Rasul.
Mengenai bukti bahwa Al-Quran itu datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dalam menentukan darimana asal Al-Quran kita dapatkan tiga kemungkunan. Pertama, kitab itu adalah karangan orang Arab. Kedua, karangan Muhammad SAW. Ketiga, Berasal dari Allah SWT. Tidak ada kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab, Al-Quran adalah berciri khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.

Kemungkinan Pertama yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah karangan orang Arab, tidak dapat diterima. Sebab, Al-Quran sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya yang serupa.
“Katakanlah: ’Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya”(TQS. Hud(11):13)
“Katakanlah: (Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkanlah sebuah surat yang menyerupainya” (TQS. Yunus(10):38)
Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya akan tetapi tidak berhasil. Hal ini membuktikan bahwa Al-Quran bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, kendati ada tantangan dari Al-Quran dan mereka telah berusaha menjawab tantangan itu.
Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan Muhammad SAW, juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, Muhammad SAW adalah orang Arab juga. Bagaimana jeniusnya, tetap ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Muhammad (yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab) tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Karena itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan karangannya. 
Terlebih lagi dengan adanya banyak hadist – hadist shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadist ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Quran, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadist. Namun ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya bahasanya.
Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakn berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain, karena merupakan bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-Quran dan gaya bahasa hadist berarti Al-Quran itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Masing-masing dari keduanya terdapat perbedaan yang tegas dan  jelas. Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab yang (orang yang paling tahu gaya dan sastra Arab) pernah menuduh bahwa Al-Quran itu perkataan Muhammad SAW, atau mirip dengan gaya bicaranya. Satu-satunya tuduhan yang mereka lontarkan adalah bahwa Al-Quran itu disadur Muhammad SAW dari seorang pemuda Nasrani yang bernama Jabr.Tuduhan ini telah ditolak keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: ‘ Bahwasannya Al-Quran itu diajarkan oleh manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non-Arab), sedangkan Al-Quran itu dalam bahasa arab yang jelas” (TQS. An-Nahl(16):103)      
Apabila telah terbukti bahwa Al-Quran itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula karangan Muhammad SAW, berarti itu adalah kalamullah, yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya. Dan karena Nabi Muhammad SAW adalah orang yang membawa Al-Quran (yang merupakan kalamullah dan syariat Allah, serta tidak ada yang membawa syariat-Nya melainkan para Nabi dan Rasul) maka berdasarkan dalil aqli dapat diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu adalah seorang Nabi dan Rasul
Inilah dalil aqli tentang bukti  keberadaan  Allah SWT, kerasulan Muhammad SAW, dan Al-Quran itu merupakan kalamullah. Pembuktian ini dapat meningkatkan keimanan kita dan kita benar-benar yakin akan kebenaran Agama Islam.

Itulah alasan saya kenapa saya beragama islam, kesimpulannya ada dua,

Pertama, yaitu karena keturunan dan dibarengi dengan proses berfikir , meneliti, dan memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta, dan Manusia. Sehingga iman  kepada  Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata.

Kedua, Islam adalah satu-satunya Agama yang benar karena keberadaan Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan. 

          Insyaallah semoga kita termasuk orang yang berada di syirathol mustaqim atau orang yang benar dan lurus serta semoga pula kita termasuk orang yang selalu bersyukur. amin
Apa yang saya paparkan diatas semoga bisa diambil hikmah dan manfaat,. Akhirul kalam

Wassalamualaikum Wr.Wb